YUSRAN'S SAID



Senin, 03 Mei 2010

AGAR SHALAT JADI KHUSYU


Ahamdulil-lahi nasta’inuhu wa nastaghfiruhu
Wa nauudzubil-lahi min suruuri anfusina, wamin say-yiati a’maalina

May-yah dil-laahu fala mud-dil-lahu, wamaiyudlil falaa hadiyalahu

Asyhadu anla ilaa ha il-lal-laahu huwahdahu laa syariikalahu
Wa asyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluhu

Allahumma shalli wasalim ‘ala muhammadin wa ‘alaa alihi wa ash-khabihi waman tabi’ahum bi ikhsani ilaa yaumiddiin

Yaa ayyuhan-nasut- taquu rab-bakumul-ladzii khalaqakum min nafsin wahidatin
wa khalaqa minhaa zaujahaa wabasy-sya minhumaa rijalan kasyiiran
wa nisaa an wat-taquul-laahal-ladzii tasa ‘aluuna bihi wal arkhama innal-laaha kaana ‘alaikum raqiiban

yaa ayyuhal-ladziina ‘amanuut-taquull-laaha waquuluu qaulan sadiidan
yushlikh lakum a’maalakum wayaghfirlakum dzunubakum waman yuthil-laahaa warasuulahu faqad faza fauzan ‘azhiman ama ba’ad

Fainna ashdaqal hadiisyi kitaabullaah, wa khairal hadyi hadyi muhammadin saw, wasyaral umuuri muhdasyatuhaa wa kulla muhdasyatin bid’atin, wa kulla bid’atin dhalalatun , wakulla dhalalatin fin naari.

Rabbisy rahli shadri wa yasy-syirli amri wahlul uqdatan milisani yaf qahu
Shalat yang disertai pemusatan hati dan munajat kepada Allah membuat setiap kata yang diucapkan merasuk dalam jiwa. Dalam shalat yang khuyu, terkandung sebuah kondisi jiwa yang melahirkan ketentraman anggota tubuh.sesuai dengan tujuan ibadah itu sendiri.
Dalam menunaikan shalat seorang muslim dituntut untuk melakukan dengan khusyu , penuh ketundukan dan kepasrahan hati.
Dengan begitu ia akan merasakan dirinya tengah menghadap Allah, menyampaikan do’a dan memohon ampunan “ sungguh beruntung orang-orang yang briman, yaitu mereka yang khusyu dalam shalatnya “
(QS al Mukminun 1-2).
Khusyu dalam Shalat adalah sebuah langkah yang dapat mengantarkan pada derajat Ikhsan . Sebab khusyu tak dapat diraih kecuali dengan merasakan bahwa Allah melihat kita. Melihat gerak-gerik Shalat kita , termasuk getaran kalbu yang penuh ketundukan dalam mengharap Ridha Nya.
Dalam sebuah hadist disebutkan
Antak’ budullaaha kaannaka tarahu fainlam takun tarahu fainnahu yaraaka
“Engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau melihatNya. Kalau engkau tidak bisa seolah-olah melihatNya, maka ingatlah bahwa Allah melihat engkau.”

Ada sejumlah langkah yang dapat ditempuh dalam meraih khusyu, antara lain :
Pertama, memandang ke tempat sujut.
Langkah ini sangat membantu kita untuk berkonsentrasi .
Memandang keatas, menoleh kekanan atau kekiri sangat dilarang dalam shalat.
Tak menjadi soal untuk memejamkan mata atau tidak ketika shalat, namaun jangan sampai tindakan ini membuat syetan makin bersemangat menggoda kita,Alih-alih untuk khusyu pikiran malah melayang-layang.
Kedua, memahami arti bacaan shalat.
Setiap kandungan bacaan kita harus direnungkan hingga kedalam hati.
Dengan memahaminya akan membantu kita memusatkan pikiran dan hati dihadapan Allah swt. Sehingga tidak menerawang entah kemana.
Ketiga, jangan sampai tergesa-gesa dalam shalat. Selain tindakan tergesa-gesa takkan menghasilkan manfaat yang baik , sikap tercela ini juga berasal dari syetan, Rasulullah saw bersabda, Sikap perlahan itu dari Allah, dan sifat tergesa-gesa itu dari syetan (Hr Tirmidzi).
Keempat , merasakan perhatian dan penilaian dari Allah, pastikan dalam benak kesadaran kita bahwa Dia pasti melihat gerak –gerik kita dua puluh empat jam sehari, 365 hari dalam setahun.
Setiap helaan nafas kita tak pernah luput dari pantauan –Nya, jika itu semua berlaku dalam semua tindakan kita, mengapa kita tidak mempersembahkan sesuatu yang terbaik kepada Pencipta kita.
Apalagi shalat ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
Selanjutnya, khusyu dalam shalat membantu kita untuk memperoleh kekuatan dalam membentengi diri, Sebab, setiap muslim yang telah mendirikan shalat juga memiliki ahlaq yang paling baik. Selain menentukan besar pahala kita, shalat juga mempengaruhi kadar tercegahnya kita dari perbuatan keji dan munkar. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan ) kejidan munkar
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” Qs Al ankabut 45
Seperti banyak disebut, shalat adalah tiang agama, untuk menunjuk pentingnya kedudukan ibadah ini, shalat merupakan ajaran yang diterima Rasulullah saw pada awal kerosulannya langsung dari Allah SWT.
Secara singkat Rasulullah memberikan gambaran tentang cara shalat cara shalat yang benar.
Jika akan mendirikan shalat, maka bertakbirlah kemudian bacalah Al-Fatihah, bacalah ayat-ayat Qur’an yang diinginkan, lalu ruku dan bangkit hingga tegak berdiri.
Rasulullah saw meneruskan, bersujudlah hingga sujud dengan tentram (thuma’ninah). Dahi hendaknya ditempatkan secara kokoh pada tempat sujud, hingga persediaanmu mencapai titik tentram (thuma’ninah) Setelah itu bangkitlah hingga duduk dengan thuma’ninah .
Rasulullah juga mengatakan, jika kamu duduk ditengah shalat, duduklahdengan thuma’ninah dan bentangan paha yang kiri, lalu bertsyahudlah.
Setiap muslim yang mendirikan shalat, akan menjadi manusia yang terbaik akhlaknya, sebagaimana selau dimujatkan oleh Rasulullah, agar selalu dihiasi akhlak mulia dan terpuji. Sebab, keutamaan dan kemuliaan akhlak yang baik adalah kunci utama seorang muslim dalam menempuh kehidupan.
Selain itu, hikmah dari shalat yang khusyuk dalamkehidupan, membantu diri kita untuk menjadi manusia yang lemah lembut, rendah hati dan lebih memahami bagaimana berinteraksi dengan sesame manusia. Sayangnya, banyak kaum Muslimin yang jauh dari khusyuk, termasuk dalam menjalankan shalat di awal waktu.
Namun, kita amat sedih menyaksikan banyak ironi yang terjadi. Muslim rajin mengerjakan shalat, tapi juga masih kerap bermaksiat. Bahkan sangat terbiasa dengan berbagai macam perbuatan keji dan munkar. Hal itu terjadi, akibat hilangnya khusyuk dari shalat yang dilakukannya.
Ibadah adalah sesuatu yang dicintai Allah dan di ridhoi oleh Allah

Susunlah shaf-shafmu dekat dekatlah antara yang satu dengan yang lainnya, berdirilah bertentang-tentang bahu.
Demi tuhan yang diriku ditanganNya, sesungguhnya aku melihat syetan masuk antara celah-celah shaf dalam rupa anak kambing hitam (Hr Abu Daud dari Annas)

Dirikan shaf dengan sempurna hendaklah pundak-pundak itu bertentangan satu sama lainnya, tutuplah tempat-tempat yang lapang-lapang, berlaku lembutlah kamu apabila kamu ditarik untuk kebaikan shaf.
Dan janganlah kamu membiarkan lapangan-lapangan yetan, barang siapa menghubungkan shaf atau menyambungkannya niscaya Allah menghubunginya, dan barang siapa memutuskan shaf niscaya Allah memutuskan hubungan dengannya.
(Hr Abu Daud )

Tidak ada komentar: